Selasa, 19 Januari 2010

Fakta atau Fiksi : wanita lebih cerewet di banding pria

Posted on Senin, 16 Juli 2007. Filed under: gender, komunikasi, sosial | Tags: |

Anggapan bahwa wanita lebih cerewet daripada pria seolah mendapat pembenarannya ketika belakangan ini dibahas kembali oleh buku-buku psikologi populer yang mengkontraskan perbedaan gender, seperti ”Why Men Don’t Listen & Women Can’t Read Maps” oleh Allan & Barbara Pease atau ”The Female Brain” oleh Louann Brizendine. Allan & Barbara Pease mengklaim wanita berbicara sebanyak 6000-8000 kata per hari, sedangkan pria hanya menggunakan 2000-4000 kata (patut dicatat bahwa ini bukanlah penelitian asli mereka, namun buku tersebut sama sekali tidak mencantumkan sumber kutipannya).

Brizendine, yang mengutip buku lain dari Allan Pease, memberikan klaim yang lebih bombastis: Wanita menggunakan 20000 kata sehari, sementara pria hanya menggunakan 7000 kata! Sekilas angka-angka tersebut ‘masuk di akal’ ketika kita dengan mudah bisa mengingat beberapa kejadian di mana seorang wanita berbicara begitu banyak (dan begitu cepat) sehingga pria hanya bisa duduk diam dan berusaha tidak mendengarkan. Namun benarkah pendapat tersebut?

Klaim Tak Berdasar Ilmiah

Keberatan awal telah diungkapkan oleh Mark Liberman, Trustee Professor of Phonetics dari University of Pennsylvania, mengenai kebenaran ilmiah klaim tersebut. Setiap buku yang memuatnya hanya (1) mengutip tanpa menyebutkan sumbernya, atau (2) mengutip sumber lain yang melakukan pengutipan tanpa menyebutkan sumbernya. Dari studi pustaka yang ia lakukan, ternyata hampir tidak ada satupun penelitian yang bisa membenarkan anggapan populer ini.

”The findings? According to a 1993 review of the scientific literature by researchers Deborah James and Janice Drakich, ‘Most studies reported either that men talked more than women, either overall or in some circumstances, or that there was no difference between the genders in amount of talk.’ The research since that review, including counts from my own research, follows the same pattern.”

Begitu pula mengenai klaim bahwa wanita berbicara lebih cepat daripada pria. Dalam bukunya Brizendine menulis bahwa wanita berbicara lebih cepat -250 kata per menit-, daripada pria yang hanya 125 kata per menit. Ketika memeriksa penelitian yang menjadi sumber dari pernyataan tersebut, Liberman sama sekali tidak menemukan data kecepatan berbicara berdasarkan jenis kelamin. Ditambah lagi, penelitian yang ia lakukan terhadap ribuan percakapan telepon berbahasa Inggris dan Cina menemukan bahwa pria berbicara 2 persen lebih cepat daripada wanita pada kedua bahasa, hasil yang termasuk kecil dibandingkan faktor-faktor lainnya.

Dibantah Oleh Penelitian Lain

Bantahan terakhir atas klaim ini dilakukan oleh James Pennebaker dan rekan-rekannya dari University of Texas, Austin. Mereka meneliti 400 mahasiswa di AS dan Meksiko berumur 19-25 tahun, yang selama beberapa hari mengenakan sebuah alat perekam khusus. Setiap 12 menit sekali, alat tersebut aktif secara otomatis dan merekam semua suara selama 30 detik ke depan, menghasilkan sebuah data yang cukup merata dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya. Hasilnya, wanita berbicara sekitar 16215 kata setiap harinya, sementara pria sekitar 15669 kata. Secara statistik, perbedaan ini tidak signifikan. Data juga menunjukkan bahwa pria bisa lebih cerewet, terlihat dari dikuasainya peringkat 1-3 pembicara terbanyak oleh pria, dengan yang tertinggi mencapai 47000 kata per hari!

Marianne LaFrance, profesor dalam bidang psikologi serta kajian gender dan seksualitas perempuan di Yale University, mengamini temuan Pennebaker dkk. Menurutnya, kalaupun ada perbedaan yang ditemukan, biasanya hal itu dipengaruhi oleh konteks pembicaraan. Pria juga bisa cerewet jika ‘nyambung’ dengan topiknya, seperti olahraga, finansial, atau hobi. Mereka bahkan cenderung berbicara lebih banyak dalam konteks profesional, sementara wanita diketahui lebih banyak membicarakan hubungan-hubungan sosial. Bagaimana dengan bergosip? Ternyata pria dan wanita sama seringnya membicarakan gosip, tambah LaFrance.

Sumber:

Fact-Checking ”The Female Brain” – The Boston Globe

Scientist Quiets Myth of ‘Chatterbox’ Females – Yahoo! Health

The Last Word: Men Talk As Much As Woman – LiveS

Fakta atau Fiksi: Pria Memikirkan Seks Setiap Tujuh Detik

Dipungut dari Google Image, sumber tak diketahuiEntah karena faktor sosial-budaya yang paternalistis atau faktor hormon testosteron yang meluap-luap, pria selalu dipandang sebagai makhluk yang agresif. Anggapan ini tak terkecuali dari soal seks, dan orang dapat dengan mudah ‘membuktikannya’ dengan melirik dominasi laki-laki dalam ranah kejahatan kelamin. Bahkan begitu merasuknya generalisasi bahwa kaum adam memang sudah dari sononya cenderung berpikiran jorok (dan ingin merealisasikan pikiran itu), sampai-sampai agama-agama besar dunia merasa perlu mengekang tendensi berdosa ini melalui seperangkat larangan (dan perkecualian) khusus.

Salah satu ‘fakta’ penguatnya, yang kemudian dikutip dimana-mana, adalah pernyataan berbau ilmiah yang secara garis besar ingin mengatakan bahwa pria begitu seringnya berpikir mengenai hal-hal yang berbau seksual, sampai-sampai jarak antara satu pikiran dengan yang berikutnya hanya terpaut dalam hitungan detik atau menit. Ada yang mengatakan rentangnya hanya sekitar limapuluh dua detik. Satu versi bahkan mengklaim bahwa pria tidak dapat melewatkan lebih dari tujuh detik tanpa memikirkan seks sama sekali!

Bualan Louann Brizendine mengenai perbedaan pria dan wanita dalam buku “The Female Brain” rupanya tidak hanya berhenti pada kecerewetan saja. Dalam salah satu bagian bukunya, ia juga melegitimasi anggapan bahwa kemampuan otak pria memikirkan seks lebih besar daripada otak wanita (yang cenderung lebih kuat dalam bidang pemrosesan emosi), “yang menjelaskan mengapa 85 persen pria umur 20-30 tahun memikirkan seks sekali tiap limapuluhdua detik, sementara wanita hanya memikirkannya sekali sehari – atau hingga tiga atau empat kali sehari pada hari-hari subur mereka.”

Mark Liberman, Trustee Professor of Phonetics dari University of Pennsylvania yang juga membongkar klaim Brizendine sebelumnya, kembali melakukan studi literaturnya sendiri untuk mengecek validitas referensi yang dijadikan dasar pernyataan Brizendine barusan. Hasilnya? Keempat sumber rujukan yang ditulis Brizendine dalam daftar pustakanya ternyata sama sekali ngawur, alias tidak satu kalipun menyebutkan mengenai frekuensi fantasi seksual harian, baik pria maupun wanita.

Kenyataan tak Seburuk yang Dibayangkan

Lalu, bagaimana fakta yang sebenarnya mengenai khayalan seksual pria dan wanita? Untungnya, ketika sedang melakukan penyelidikan ini, Liberman menemukan sebuah penelitian oleh Jones dan Barlow pada tahun 1990 yang membahas masalah yang serupa. Dengan 49 mahasiswa dan 47 mahasiswi sebagai subyek yang melaporkan pemikiran seksualnya selama tujuh hari berturut-turut, Jones dan Barlow menemukan bahwa pria rata-rata memiliki 7 pemikiran seksual per harinya (atau sekali tiap 12342 detik), sementara wanita rata-rata memiliki 4.5 pemikiran seksual untuk jangka waktu yang sama (alias sekali tiap 19200 detik).

Snopes.com, situs pengungkap mitos dan legenda modern yang cukup terkenal, juga memasukkan klaim serupa ke dalam kategori ngibul a.k.a hoax. Mereka memberi label tersebut berdasarkan sebuah penelitian lain dari Laumann dkk. pada tahun 1994 yang dikutip oleh Kinsey Institute, sebuah institut yang menjadi patron penelitian seksualitas manusia di seluruh dunia. Dengan menggunakan teknik pengambilan subyek yang benar-benar acak (supaya benar-benar menggambarkan populasi penduduk AS), mereka mewawancarai 3432 pria dan wanita mengenai khayalan seksual mereka. Dari situ, ditemukan bahwa 54% pria memikirkan seks setiap hari atau beberapa kali dalam sehari, 43% lagi memikirkan seks beberapa kali dalam seminggu atau sebulan, dan 4% sisanya kurang dari sekali sebulan. Di sisi lain, 19% wanita memikirkan seks setiap hari atau beberapa kali dalam sehari, sementara 67% hanya beberapa kali dalam seminggu atau sebulan dan 14% lainnya kurang dari sekali sebulan. Penelitian ini (dan beberapa penelitian lain yang dikutip Liberman) mungkin mendukung gagasan dasar Brizendine, namun yang jelas hasil yang mereka peroleh jauh lebih realistis daripada ‘temuan’ Brizendine yang fiktif belaka.

Sumber:

“Every 52 Seconds”: Wrong by 23,736 percent? – Language Log

Every Seven Seconds Men Think About Sex – Snopes.com

Kinsey Institute FAQ


mengatasi depresi dengan menikah

Sebuah penelitian yang dilakukan Ohio State University menemukan bahwa pernikahan bisa mengurangi tingkat depresi. Penelitian dengan sampel pada ribuan orang ini menunjukkan bahwa orang-orang depresi yang kemudian menikah menunjukkan peningkatan kesejahteraan psikologis yang lebih tinggi daripada mereka yang belum menikah.

Bahkan, ketika efek pernikahan ini diperbandingkan antara kelompok yang mengalami depresi dengan kelompok yang tidak mengalaminya, mereka yang depresi mendapat manfaat psikologis yang jauh lebih besar dari pernikahan mereka dibanding kelompok yang tidak depresi.

Hasil penelitian ini meruntuhkan asumsi sebelumnya bahwa manfaat psikologis dari pernikahan tergantung kualitas pernikahan itu sendiri. Dengan asumsi itu, orang-orang depresi seringkali terjebak dalam pernikahan yang tidak bahagia karena perilaku dan sikap depresif mereka, sehingga akhirnya depresi mereka malah semakin menjadi-jadi.

beberapa cara meredakan stress

Kehidupan modern yang penuh dengan permasalahan, ditambah beban hidup yang menumpuk, membuat stress dan tertekan. Jika dibiarkan akan mengganggu secara psikologis. Namun ada banyak cara untuk meredakan stress, misalnya:

1. Atur tarikan nafas. Tarik nafas dalam – dalam dan hembuskan dengan perlahan, konsentrasi pada gerakan diafragma anda. Lakukan dua atau tiga kali, hingga mulai merasa terkendali.
2. Redakan ketegangan. Jika sedang duduk, berdirilah dan lakukan perenggangan yang lembut. Gerakan tangan dan lengan bergantian, lalu angkat bahu dan buat tubuh anda terasa rileks.
3. Bergerak. Lakukan jalan cepat, walaupun hanya jalan – jalan di seputar ruangan atau kamar mandi. Hal itu berguna untuk membantu melancarkan aliran darah. Bergerak secara teratur juga dapat membantu membakar efek negatif dari hormon stres.
4. Berteriak dan menjerit. Pergilah ke suatu tempat pribadi lalu berteriak dan menjerit sepuasnya. Cara itu dapat dipakai untuk terapi pereda stres.
5. Terapi Esensial Bunga. Petakan beberapa tetes sari bunga, seperti Bach Rescue Remedy, Jan de Vries Emergency Essence atau Australian Bush Flower Emergency Essence di lidah anda.
6. Berpikirlah positif. Pilih sesuatu yang layak, suatu pemikiran pribadi yang positif. Ulangi secara teratur pada diri anda sendiri.
7. Konsumsi makanan sehat.Diet dan jangan tergoda makan secara berlebihan.
8. Dengarkan musik. Irama musik yang lembut dapat membantu anda lebih tenang.
9. Terorganisasi. Mulai mengatur kehidupan dan waktu secara efektif. Membuat prioritas, sehingga anda dapat mengatasi tekanan dalam suatu waktu.
10. Tertawa.Menonton komedi, tertawa bersama teman anda, atau kunjungi website lelucon merupakan penawar luarbiasa bagi stres.
11. Menemukan ketenangan dari dalam. Visualisasi atau meditasi dapat membantu menemukan sebuah ketenangan dari dalam, pada saat disekeliling anda dipenuhi tekanan dan kegaduhan.
12. Konsumsi vitamin dan suplemen. Anda mungkin membutuhkan sejumlah vitamin B dan antioksidan semacam vitamin C dan E pada saat sedang tertekan. Suplemen probiotik dapat juga membantu anda mengatasi stress.

Mengenal 9 Tipe Kepribadian Manusia Dengan Lebih Asyik

Kepribadian manusia selalu menjadi tema yang menarik untuk dicari tahu, apalagi kepribadian kita sendiri. Rasa ingin tahu tersebutlah yang lantas membuat banyak orang pergi ke psikolog untuk menjalani tes-tes kepribadian. Semua ini dilakukan demi mengetahui “seperti apa sesungguhnya diri kita ini?”

Enneagram
Selain dengan mengikuti tes-tes psikologi, ada satu metode yang bisa digunakan untuk mengetahui kepribadian yaitu menggunakan enneagram. Enneagram diartikan sebagai “sebuah gambar bertitik sembilan”. Metode ini dikabarkan telah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan diajarkan secara lisan dalam suatu kelompok sufi di Timur Tengah, hingga akhirnya mulai berkembang di Amerika Serikat sekitar tahun 1960-an. Kepribadian manusia dalam sistem enneagram, terbagi menjadi 9 tipe. Renee Baron dan Elizabeth Wagele, lewat buku yang berjudul enneagram, berusaha untuk menjelaskan kesembilan tipe tersebut agar lebih mudah dimengerti.

Sembilan Tipe Kepribadian Manusia
Kesembilan tipe kepribadian tersebut adalah :


Tipe 1 perfeksionis
Orang dengan tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk hidup dengan benar, memperbaiki diri sendiri dan orang lain dan menghindari marah.


Tipe 2 penolong
Tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai, mengekspresikan perasaan positif pada orang lain, dan menghindari kesan membutuhkan.


Tipe 3 pengejar prestasi
Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan untuk menjadi orang yang produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar dari kegagalan.


Tipe 4 romantis
Orang tipe romantis termotivasi oleh kebutuhan untuk memahami perasaan diri sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna hidup, dan menghindari citra diri yang biasa-biasa saja.


Tipe 5 pengamat
Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala sesuatu dan alam semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak, serta menghindari kesan bodoh atau tidak memiliki jawaban.


Tipe 6 pencemas
Orang tipe 6 termotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan, merasa diperhatikan, dan terhindar dari kesan pemberontak.


Tipe 7 petualang
Tipe 7 termotivasi oleh kebutuhan untuk merasa bahagia serta merencanakan hal-hal menyenangkan, memberi sumbangsih pada dunia, dan terhindar dari derita dan dukacita.


Tipe 8 pejuang
Tipe pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengandalkan diri sendiri, kuat, memberi pengaruh pada dunia, dan terhindar dari kesan lemah.


Tipe 9 pendamai
Para pendamai dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjaga kedamaian, menyatu dengan orang lain dan menghindari konflik.


Panah dan Sayap
panah dan sayap dalam enneagram Setiap tipe pada enneagram berhubungan langsung dengan 2 tipe lainnya yang disebut sebagai panah. Tipe 1 berhubungan dengan tipe 7 dan 4, tipe 2 dengan tipe 8 dan 4, dst (lihat gambar). Dinamika hubungan antar tipe ini terjadi sebagai berikut : jika dalam keadaan rileks tipe 1 akan mengambil karakter positif dari tipe 7, dan jika dalam keadaan tertekan akan mengambil karakter negatif dari panah sebaliknya, yaitu tipe 4. Sebagai contoh, tipe 1 yang mengambil sisi positif tipe 7 tidak akan terlalu mengkritik diri serta lebih menerima diri, lebih antusias dan optimis, bertindak lebih alami dan spontan. Sedangkan jika sedang tertekan akan mengarahkan kemarahan ke dalam diri sendiri lalu menjadi depresi, hilang kepercayaan diri, dan menginginkan apa yang tidak mereka miliki. Contoh lain, tipe 2 yang sedang rileks, akan mengambil karakter positif dari tipe 4, dan jika sedang tertekan akan mengambil karakter tipe 8. Dan begitu seterusnya dinamika hubungan pada tipe-tipe lainnya.
Selain panah, kepribadian kita dapat tercampur atau terpengaruhi oleh tipe di kanan dan kiri kita. Tipe di kanan dan kiri kita ini disebut dengan sayap. Contohnya, tipe 1 dengan sayap 2 yang lebih kuat, cenderung hangat, lebih suka menolong, mengkritik dan menguasai. Sedangkan tipe 1 dengan sayap 9 lebih kuat, cenderung lebih tenang, lebih santai, objektif dan menjaga jarak.

Tipe-tipe Enneagram dan Myers-Briggs Type Indicator
Bagian akhir buku Enneagram ini berisi penjelasan tentang tipe-tipe kepribadian yang sudah diakui, yaitu Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) dan kecocokannya dengan tipe-tipe dalam enneagram. MBTI sendiri adalah suatu inventori kepribadian yang berlandaskan pemikiran dari Carl Gustav Jung, seorang psikiater asal Swiss. Inventori ini mengukur kecenderungan individu berdasarkan empat skala : ekstraversion atau introversion, sensing atau intuition, thinking atau feeling, serta judging atau perceiving. Terakhir, terdapat tabel hubungan antara sistem dalam enneagram dan MBTI.


deja vu dan asal-usulnya

Posted on Rabu, 1 Agustus 2007. Filed under: abnormal, biologi, kognitif, persepsi | Tags: , , |

Hampir semua dari kita pernah mengalami apa yang dinamakan deja vu: sebuah perasaan aneh yang mengatakan bahwa peristiwa baru yang sedang kita rasakan sebenarnya pernah kita alami jauh sebelumnya. Peristiwa ini bisa berupa sebuah tempat baru yang sedang dikunjungi, percakapan yang sedang dilakukan, atau sebuah acara TV yang sedang ditonton. Lebih anehnya lagi, kita juga seringkali tidak mampu untuk dapat benar-benar mengingat kapan dan bagaimana pengalaman sebelumnya itu terjadi secara rinci. Yang kita tahu hanyalah adanya sensasi misterius yang membuat kita tidak merasa asing dengan peristiwa baru itu.

Keanehan fenomena deja vu ini kemudian melahirkan beberapa teori metafisis yang mencoba menjelaskan sebab musababnya. Salah satunya adalah teori yang mengatakan bahwa deja vu sebenarnya berasal dari kejadian serupa yang pernah dialami oleh jiwa kita dalam salah satu kehidupan reinkarnasi sebelumnya di masa lampau. Bagaimana penjelasan ilmu psikologi sendiri?

Terkait dengan Umur dan Penyakit Degeneratif

Pada awalnya, beberapa ilmuwan beranggapan bahwa deja vu terjadi ketika sensasi optik yang diterima oleh sebelah mata sampai ke otak (dan dipersepsikan) lebih dulu daripada sensasi yang sama yang diterima oleh sebelah mata yang lain, sehingga menimbulkan perasaan familiar pada sesuatu yang sebenarnya baru pertama kali dilihat. Teori yang dikenal dengan nama “optical pathway delay” ini dipatahkan ketika pada bulan Desember tahun lalu ditemukan bahwa orang butapun bisa mengalami deja vu melalui indra penciuman, pendengaran, dan perabaannya.

Selain itu, sebelumnya Chris Moulin dari University of Leeds, Inggris, telah menemukan pula penderita deja vu kronis: orang-orang yang sering dapat menjelaskan secara rinci peristiwa-peristiwa yang tidak pernah terjadi. Mereka merasa tidak perlu menonton TV karena merasa telah menonton acara TV tersebut sebelumnya (padahal belum), dan mereka bahkan merasa tidak perlu pergi ke dokter untuk mengobati ‘penyakit’nya karena mereka merasa sudah pergi ke dokter dan dapat menceritakan hal-hal rinci selama kunjungannya! Alih-alih kesalahan persepsi atau delusi, para peneliti mulai melihat sebab musabab deja vu ke dalam otak dan ingatan kita.

Baru-baru ini, sebuah eksperimen pada tikus mungkin dapat memberi pencerahan baru mengenai asal-usul deja vu yang sebenarnya. Susumu Tonegawa, seorang neuroscientist MIT, membiakkan sejumlah tikus yang tidak memiliki dentate gyrus, sebuah bagian kecil dari hippocampus, yang berfungsi normal. Bagian ini sebelumnya diketahui terkait dengan ingatan episodik, yaitu ingatan mengenai pengalaman pribadi kita. Ketika menjumpai sebuah situasi, dentate gyrus akan mencatat tanda-tanda visual, audio, bau, waktu, dan tanda-tanda lainnya dari panca indra untuk dicocokkan dengan ingatan episodik kita. Jika tidak ada yang cocok, situasi ini akan ‘didaftarkan’ sebagai pengalaman baru dan dicatat untuk pembandingan di masa depan.

Menurut Tonegawa, tikus normal mempunyai kemampuan yang sama seperti manusia dalam mencocokkan persamaan dan perbedaan antara beberapa situasi. Namun, seperti yang telah diduga, tikus-tikus yang dentate gyrus-nya tidak berfungsi normal kemudian mengalami kesulitan dalam membedakan dua situasi yang serupa tapi tak sama. Hal ini, tambahnya, dapat menjelaskan mengapa pengalaman akan deja vu meningkat seiring bertambahnya usia atau munculnya penyakit-penyakit degeneratif seperti Alzheimer: kehilangan atau rusaknya sel-sel pada dentate gyrus akibat kedua hal tersebut membuat kita sulit menentukan apakah sesuatu ‘baru’ atau ‘lama’.

Menciptakan ‘Deja Vu’ dalam Laboratorium

Salah satu hal yang menyulitkan para peneliti dalam mengungkap misteri deja vu adalah kemunculan alamiahnya yang spontan dan tidak dapat diperkirakan. Seorang peneliti tidak dapat begitu saja meminta partisipan untuk datang dan ‘menyuruh’ mereka mengalami deja vu dalam kondisi lab yang steril. Deja vu pada umumnya terjadi dalam kehidupan sehari-hari, di mana tidak mungkin bagi peneliti untuk terus-menerus menghubungkan partisipan dengan alat pemindai otak yang besar dan berat. Selain itu, jarangnya deja vu terjadi membuat mengikuti partisipan kemana-mana setiap saat bukanlah hal yang efisien dan efektif untuk dilakukan. Namun beberapa peneliti telah berhasil mensimulasikan keadaan yang mirip deja vu.

Seperti yang dilaporkan LiveScience, Kenneth Peller dari Northwestern University menemukan cara yang sederhana untuk membuat seseorang memiliki ‘ingatan palsu’. Para partisipan diperlihatkan sebuah gambar, namun mereka diminta untuk membayangkan sebuah gambar yang lain sama sekali dalam benak mereka. Setelah dilakukan beberapa kali, para partisipan ini kemudian diminta untuk memilih apakah suatu gambar tertentu benar-benar mereka lihat atau hanya dibayangkan. Ternyata gambar-gambar yang hanya dibayangkan partisipan seringkali diklaim benar-benar mereka lihat. Karena itu, deja vu mungkin terjadi ketika secara kebetulan sebuah peristiwa yang dialami seseorang serupa atau mirip dengan gambaran yang pernah dibayangkan.

LiveScience juga melaporkan percobaan Akira O’Connor dan Chris Moulin dari University of Leeds dalam menciptakan sensasi deja vu melalui hipnosis. Para partisipan pertama-tama diminta untuk mengingat sederetan daftar kata-kata. Kemudian mereka dihipnotis agar mereka ‘melupakan’ kata-kata tersebut. Ketika para partisipan ini ditunjukkan daftar kata-kata yang sama, setengah dari mereka melaporkan adanya sensasi yang serupa seperti dejavu, sementara separuhnya lagi sangat yakin bahwa yang mereka alami adalah benar-benar deja vu. Menurut mereka hal ini terjadi karena area otak yang terkait dengan familiaritas diganggu kerjanya oleh hipnosis.

Tips Berfikir Positif

Berpikir Positip ternyata memberikan peluang seseorang untuk menjadi seorang pemimpin. Oleh karenanya “berpikir Positip” merupakan materi penting yang diberikan dalam training CEO (Chief Executive Officer) di dunia manager. Bahkan keberhasilan Miss Universe Th. 2005 ternyata sangat ditentukan oleh prinsip hidupnya yang selalu berpikir positip. Ini terbukti dari pengakuannya pada saat juri bertanya : “Apa yang anda anggap paling penting dalam hidup kamu ? dengan penuh keyakinan dia menjawab : Saya selalu belajar dan mencoba untuk berpikir positif. Dengan berpikir positif akan memberikan dampak cukup kuat pada Kedamaian Dunia. Dan ternyata jawaban itulah yang membuatnya terpilih menjadi Miss Universe Th. 2005.

Sangat berarti untuk membangun sikap dan perilaku positif. Ada 12 Tips cara untuk membangun sikap menjadi lebih Positif, antara lain :

1. kamu bisa memilih bersikap Optimis.

Orang yang pesimis itu focus kepada yang negative (seperti memandang segelas air sebagai setengah kosong/air yang sudah tak ada). Sedangkan yang optimis focus memandang yang positif (seperti memandang segelas air sebagai setengah penuh) Siapakan yang lebih baik cara pandangnya? Siapakah yang lebih mungkin bahagia, lebih yakin dan lebih pasti?

2. Kamu bisa memilih menerima segalanya apa adanya

Ini tidaklah berarti bahwa kamu menjadi tak semangat dan menyerah. Artinya kamu tidak bergumul, merengek, dan memebenturkan kepalamu ke tembok ketika segalanya tidak beres. Sebenarnya perilaku yang menjadikan kamu korban yang tiada berdaya (yang memakanmu itulah yang menambah beban atas semangatmu). “Terimalah segalanya apa adanya, bukan seperti yang kamu angankan saat ini. Masa lalu sudah lewat, masa depan masih misteri dan saat inilah karunia, itulah sebabnya saat ini disebut “present = hadiah”. Oleh karenanya saat ini pergunakanlah sebaik – sebaiknya.

3. Kamu bisa memilih cepat pulih

Mengembangkan sikap – sikap positif tidaklah berarti bahwa kamu tidak akan pernah mengalami kepedihan, penderitaan, atau kekecewaan. Selain itu, mengembangkan sikap – sikap positip tidaklah berarti kamu seharusnya mengabaikan masalah. Masalahpun selalu mempunyai sisi sebaliknya. Kalau kamu gagal dalam ujian, belajarlah lebih giat lagi atau cari pembimbing. Kalau kamu kehilangan teman, perbaikilah persahabatan tersebut, atau mencari teman baru. Kalau kamu tidak suka penampilanmu, kembangkanlah kepribadian kamu yang fantastis.

4. Kamu bisa memilih cerita

Mulailah dengan menolak hal – hal yang suram, sungginglah senyum. Kalau kamu melontarkan kata – kata yang positif, prmikiran – pemikiran yang positif, dan perasaan – perasaan yang positif, maka orang – orang (serta hal – hal) yang positif akan tertarik kepadamu.

5. Kamu bisa memilih bersikap antusias.

Sambutlah setiap harinya dengan semangat. Laksanakanlah tugas – tugasmu dengan penuh semangat. Semakin kamu bersemangat, maka semakin orang – orang disekelilingmu punmerasa dan bersikap demikian, “Semangatlah…..!”

6. Kamu bisa memilih lebih peka.

Kalau kamu lebih peka terhadap masalah – masalah potensial, maka kamu bisa lebih siap menghadapinya dan bahkan mengelak. Kamu juga bisa peka terhadap pengalaman – pengalaman positif. Misal, bila kamu dengar pengumuman tentang uji coba tim atau klub baru, maka catatlah waktu dan tempatnya dan berencanalah mengikutinya, kamu akan memperoleh sesuatu hal yang baru.

7. kamu bisa memilih humor.

Kalau kamu melakukan sesuatu yang konyol (semua orangpun pernah) jangan melewatkan peluang untuk menertawakan diri sendiri. Itulah salah Satu sukacita besar kehidupan. Kalau kamu banyak tertawa, kamu akan sehat. Tawa itu mengeluarkan kimiawi tertentu dalam tubuhmu yang merangsangmu dan dapat memebantumu bertumbuh dengan sehat. Humor dan tertawa itu sehat.

8. Kamu bisa memilih sportif

Sportif artinya menerima kekalahan dengan positif sambil tersenyum, menjabat tangan sang pemenang, tidak menyalajkan orang lain taua keadaan atas kekalahan itu. Sikap ini bisa memenangkan teman seandainyapun kamu tidak memenangkan pertandingan atau kompetisinya. “Sportif” berarti pula tidak perlu mengejek yang kalah ketika kamu menang.

9. Kamu bisa memilih rendah hati

Kalau kamu benar benar berkepentingan terhadap sesame, mereka akan melihat kualitas baikmu seandainyapun kamu tidak mengiklankannya. Mereka tidak akan merasa bahwa kamu berusaha memanipulasi mereka, berbuatlah untuk sesama karena Tuhanmu

10. Kamu bisa memilih bersyukur

Renungkanlah : Mungkin banyak sekali yang bisa kamu syukuri. Rasa syukur membuatmu tersenyum. Itu membuatmu senang dengan kehidupanmu. Dan orang lain pun senang di dekatmu. Bersyukur bisa memberikan ketenangan bagi dirimu.

11. kamu bisa memilih beriman

Bagi sementara orang, ini berarti percaya kepada Allah Yang Maha Kuasa atau kuas yang lebih tinggi lainnya. Beriman artinya percaya bahwa segalanya akan beres bagimu dan bahwa kamu bisa membereskan segalanya sendiri. Kalau kamu perkirakan akan gagal, mungkin mencapai sasaranmu.

12. Kamu bisa memilih berpengharapan

Pengharapan mungkin merupakan sikap positifmu yang terpenting dasar bagi segala sikap poritif lainnya. Apakah yang kamu harapkan? Apa sajakah impianmu?Apa sajakah ambisimu? Maksudmu dalam kehidupan ini? Kalau kamu mau mempertimbangkan pertanyaan – pertanyaan tersebut kamu sudah menjadi individu yang berpengharapan. “Pengharapan adalah sesuatu yang bersayap – Yang hingga pada Jiwa – Dan bersenandung tanpa kata – Dan tidak pernah berhenti – sama sekali.